Kata-Kata Pembukaan Pidato Bahasa Inggris, Foto Hanya Ilustrasi Unsplash/Jeremy McGilvreyPidato adalah salah satu materi yang dipelajari di bangku sekolah. Bagi yang sedang belajar membuat pidato dan bingung dengan kata-kata pembukaan pidato bahasa Inggris, pastikan membaca artikel ini hingga akhir untuk mengetahui dari buku Bilingual Thematic Speech BTS, oleh Ummul Faida, 20224, belajar menyampaikan pidato dalam bahasa asing seperti bahasa Inggris merupakan suatu hal penting dalam era globalisasi seperti saat itu belajar membuat pidato di tingkat sekolah menjadi salah satu materi yang perlu dipelajari oleh setiap peserta Kata-Kata Pembukaan Pidato Bahasa Inggris dan ArtinyaKata-Kata Pembukaan Pidato Bahasa Inggris, Foto Hanya Ilustrasi Unsplash/Carlos GilBagi yang bingung dengan pilihan katanya, inilah kata-kata pembukaan pidato bahasa Inggris beserta arti yang bisa dijadikan 1Very warm greetings to all the participants and the audience here for this seminar, good Morning. I am more than grateful to stand here and welcome you all to this seminar. Before I invite the orators, I would like to introduce you to the proceeding of the hangat untuk semua peserta dan hadirin yang hadir dalam seminar ini, selamat pagi. Saya sangat bersyukur dapat berdiri di sini dan menyambut Anda semua dalam seminar ini. Sebelum saya mempersilahkan para pembicara, saya ingin memperkenalkan Anda pada acara 2To all audience, thank you for giving me the opportunity to present something in this event. First of all, let us give thanks to God for His grace that we can gather at the event in good seluruh hadirin, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menampilkan sesuatu dalam acara ini. Pertama-tama, marilah kita bersyukur kepada Tuhan atas anugerah-Nya sehingga kita dapat berkumpul di acara ini dalam keadaan sehat 3Good morning, ladies and gentlemen. I am honored to have the opportunity to address such a distinguished audience. And to all of you, thank you for attending this event. Today I will deliver a speech related to this pagi, hadirin sekalian. Saya merasa terhormat mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan para hadirin yang terhormat. Dan kepada Anda semua, terima kasih atas kehadiran Anda di acara ini. Hari ini saya akan menyampaikan pidato yang berkaitan dengan acara 4The honorable, school principal, and teachers. And all my dear friends. Let me introduce myself, my name is say name. On this occasion, I want to say a few terhormat, kepala sekolah, dan para guru. Dan semua teman-teman yang saya sayangi. Perkenankan saya memperkenalkan diri, nama saya sebutkan nama. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan beberapa pembukaan pidato bahasa Inggris dan artinya di atas bisa dijadikan referensi saat belajar membuat pidato. Semoga menginspirasi! PRI
Setiapbahasa Batak memiliki varian Surat Batak sendiri-sendiri. Namun varian-varian ini tidaklah terlalu berbeda satu sama lain. Ada empat varian Surat Batak yang utama, sesuai rumpun bahasa Batak, yaitu: Karo, Toba , Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Angkola-Mandailing. Dengan membandingkan kelima aksara Batak dan mengadakan analisa nama-nama Pengenalan Bahasa Mandailing Hai kamu! Apa kabar? Kita akan bahas tentang Bahasa Mandailing nih, kamu tahu nggak apa itu Bahasa Mandailing? Jadi, Bahasa Mandailing itu adalah salah satu bahasa daerah yang banyak digunakan oleh masyarakat di Sumatera Utara. Bahasa ini digunakan oleh suku Mandailing, yang merupakan salah satu suku yang tinggal di wilayah Sumatera Utara. Bahasa Mandailing juga termasuk ke dalam keluarga bahasa Austronesia. Keren, ya? Yuk, kita cari tahu lebih banyak lagi tentang Bahasa Mandailing. Pertama-tama, mari kita lihat sejarah Bahasa Mandailing. Menurut jurnal Kekerabatan Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Mandailing, Bahasa Mandailing terpisah dari Bahasa Batak Toba sekitar tahun 986 M. Seiring waktu, Bahasa Mandailing mengalami perkembangan dan pembaruan dalam bentuk kata dan pengucapan. Saat ini, Bahasa Mandailing masih digunakan oleh masyarakat Mandailing dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kamu tahu nggak, Bahasa Mandailing memiliki perbedaan dengan Bahasa Batak Toba lho! Meskipun Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba termasuk dalam keluarga bahasa Austronesia, keduanya memiliki perbedaan dalam hal kosakata dan pengucapan. Bahasa Mandailing memiliki keunikan tersendiri dalam bentuk kata dan frasa yang berbeda dengan Bahasa Batak Toba. Selain itu, Bahasa Mandailing juga memiliki intonasi yang sangat mempengaruhi makna kata. Keren, ya? Terakhir, mari kita bahas tentang penggunaan Bahasa Mandailing. Bahasa Mandailing digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mandailing, mulai dari pergaulan, perdagangan, hingga upacara adat. Bahasa Mandailing juga banyak digunakan dalam sastra, lagu, dan seni budaya lainnya. Meskipun Bahasa Mandailing tidak sepopuler bahasa Indonesia, tetapi keunikan dan kekayaan budaya yang terkandung dalam bahasa ini membuat Bahasa Mandailing menjadi penting untuk dilestarikan. Seru banget ya? Yuk, kita pelajari lebih lanjut tentang Bahasa Mandailing! đđ Sejarah Bahasa Mandailing Bahasa Mandailing memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Menurut jurnal Kekerabatan Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Mandailing, Bahasa Mandailing mulai terpisah dari Bahasa Batak Toba sekitar tahun 986 M. Setelah itu, Bahasa Mandailing mengalami perkembangan dan pembaruan dalam bentuk kata dan pengucapan. Saat ini, Bahasa Mandailing masih digunakan oleh masyarakat Mandailing dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meskipun mungkin tidak sepopuler Bahasa Indonesia, Bahasa Mandailing tetap berperan dalam menyatukan masyarakat Mandailing dan memperkuat identitas mereka. Oleh karena itu, Bahasa Mandailing patut dipelajari dan dihargai sebagai warisan budaya yang kaya dan berharga. Perbedaan Bahasa Mandailing dengan Bahasa Batak Toba Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba memang memiliki hubungan kekerabatan, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam hal kosakata dan pengucapan. Sebagai contoh, kata ârumahâ dalam Bahasa Mandailing adalah âguruangâ, sedangkan dalam Bahasa Batak Toba adalah âhaporusankuâ. Selain itu, Bahasa Mandailing juga memiliki frasa-frasa yang berbeda dengan Bahasa Batak Toba, seperti âma hoâ yang berarti âterima kasihâ dalam Bahasa Mandailing, tetapi dalam Bahasa Batak Toba, frasa yang sama adalah âhorasâ. Namun, perbedaan yang paling mencolok antara Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba adalah dalam hal intonasi. Bahasa Mandailing memiliki intonasi yang sangat mempengaruhi makna kata. Sebagai contoh, kata âmaâ dengan intonasi yang berbeda dapat memiliki makna yang sangat berbeda pula. Jika âmaâ diucapkan dengan intonasi rendah, maka itu berarti âtidakâ, tetapi jika diucapkan dengan intonasi yang lebih tinggi, maka itu berarti âyaâ. Jadi, meskipun Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba saling terkait, keduanya memiliki perbedaan dalam kosakata, frasa, dan intonasi yang memengaruhi makna kata. Ciri Khas Bahasa Mandailing Bahasa Mandailing memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya berbeda dengan bahasa lain. Salah satu ciri khas Bahasa Mandailing adalah dalam pembentukan kata. Misalnya, kata baâgasâ yang berarti rumah dan kata bagâasâ yang berarti dalam. Meskipun kedua kata tersebut terdengar sama, maknanya sangat berbeda. Selain itu, Bahasa Mandailing juga memiliki banyak frasa dan ungkapan yang unik yang tidak dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia. Ada juga banyak kata-kata dalam Bahasa Mandailing yang tidak dapat ditemukan dalam bahasa lain. Selain itu, Bahasa Mandailing juga memiliki intonasi yang sangat mempengaruhi makna kata. Oleh karena itu, dalam Bahasa Mandailing, penting untuk menggunakan intonasi yang tepat agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan benar. Penggunaan Bahasa Mandailing Bahasa Mandailing sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mandailing. Bahasa ini digunakan dalam berbagai situasi seperti saat berdagang, bertamu, berkumpul dengan keluarga, dan dalam upacara adat seperti pernikahan dan pemakaman. Bahasa Mandailing juga banyak digunakan dalam karya sastra seperti cerita rakyat, puisi, dan lagu-lagu tradisional. Bahasa Mandailing juga menjadi ciri khas seni budaya Mandailing seperti seni tari dan musik. Meskipun Bahasa Mandailing tidak sepopuler bahasa Indonesia, tetapi bahasa ini sangat penting untuk dilestarikan karena memuat keunikan dan kekayaan budaya yang tidak ditemukan dalam bahasa lain. Kesimpulan Bahasa Mandailing adalah bahasa daerah yang banyak digunakan di Sumatera Utara, terutama oleh suku Mandailing. Bahasa Mandailing memiliki sejarah yang kaya dan unik, dimana bahasa ini terpisah dari bahasa Batak Toba sekitar tahun 986 M. Meskipun Bahasa Mandailing dan Bahasa Batak Toba sama-sama berasal dari keluarga bahasa Austronesia, namun keduanya memiliki perbedaan dalam kosakata dan pengucapan. Salah satu ciri khas Bahasa Mandailing adalah pembentukan kata yang unik. Misalnya, kata âbagasâ yang berarti dalam dan âbagasâ yang berarti rumah. Selain itu, Bahasa Mandailing juga memiliki banyak frasa dan ungkapan yang unik yang tidak ditemukan dalam bahasa Indonesia. Intonasi dalam Bahasa Mandailing sangat mempengaruhi makna kata, sehingga penting bagi pembicara Bahasa Mandailing untuk memperhatikan intonasi saat berbicara. Bahasa Mandailing masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Mandailing, mulai dari pergaulan, perdagangan, hingga upacara adat. Bahasa Mandailing juga memiliki peran penting dalam seni budaya, seperti sastra, lagu, dan tarian tradisional. Meskipun Bahasa Mandailing tidak sepopuler bahasa Indonesia, keunikan dan kekayaan budaya yang terkandung dalam bahasa ini membuat Bahasa Mandailing menjadi penting untuk dilestarikan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Mandailing untuk terus menggunakan dan melestarikan Bahasa Mandailing agar tidak hilang ditelan zaman. Selain itu, masyarakat Indonesia juga dapat belajar Bahasa Mandailing untuk menghargai kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Dengan mempelajari Bahasa Mandailing, kita dapat memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah, budaya, dan bahasa-bahasa daerah di Indonesia. BahasaBatak Mandailing dan Bahasa Tanah Ulu adalah dua bahasa yang dituturkan di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya, dihitung waktu pisah kedua bahasa yang dibandingkan dan hasilnya adalah 2.419. Artinya, BBM dan BTU adalah bahasa yang berkerabat dan merupakan satu bahasa yang sama sekitar 2419 tahun yang laluOleh Basyral Hamidi Harahap in memoriam Almarhum Basyral Hamidi Harahap Di bawah ini diberikan beberapa contoh kalimat yang dibentuk dari bahasa daun dengan menggunakan nama daun dan benda-benda lain beserta maknanya menurut daftar di atas. Hepeng sagodang, bulung ni pandan = taringot tu padanta i, godang situtu do rohangku= mengenai janji kita itu, aku berbesar hati. Bulung ni sipabolkas, bulung ni tanaon = pabolkas jolo tonangku tu siâŚ.. = tolong sampaikan pesan saya ini kepada siâŚâŚ Bulung ni uban-uban,bulung ni galunggung, hodong = jaru bahat pe bontar uban ujujung laing ko do lungunku = biarpun kepala ku sudah beruban, engkau tetap kurindukan. Bulung ni sitarak, bulung ni adung-dung, bulung ni sitata, bulung ni sitangis, bulung ni podom-podom, bulung ni pau, = dung do hita na marsarak i, laing najolo tangis do au anso modom = sejak kita berpisah itu, aku selalu menangis barulah tidur. Gambar ni sige, gambar ni parau, rimbang, hodong,= jaru tu ginjang ho husigei; jaru tu laut ko hulayari; angkon ko do di au = sekalipun kau jauh di atas akan terus kunaiki; sekalipun ke laut aku layari; engkau mesti untukku. Hodong, bulung ni pau, mare-mare, sontang, pining,= intap ko da angkang di au sumonang do ate-ate, asa utang manjadi singir = sekiranya engkau lah abang menjadi milikku senang lah hatiku, maka utang menjadi piutang. Bulung ni sitopu, bulung ni sitomu dalan, eme, sanga bulung ni eme = mardomu tu dalan ma hita, muda dapot eme on = kita bertemu di jalan setelah panen padi. Bulung ni dapdap, bulung ni pau, bulung ni hasior, bulung ni salak, simata= mula ditatapko au, sior matamu tu halak = jika engkau menatap aku, tajamkan matamu kepada orang lain. Bulung ni pandan, bulung ni tuba, gambar ni porda = taringot tu padanta i ulang muba-uba rohamu = mengenai janji kita itu jangan lagi berubah hatimu. Tali na pudun mate, bulung ni hadapan = taringot tu padanta i, na dung pudun matema rohangku = mengenai janji kita itu, hatiku sudah disimpul mati. Bulung ni sitarak, bulung ni sibaguri, bulung ni sabi, bulung ni sapot= marsarakma hita sannari, muli-muli mardomu do i sogot= sekarang kita berpisah, kelak akan bertemu juga. Bulung ni gala-gala, bulung ni bio-bio = intap ku boto na suada, ngana husuru namangido = seandainnya ku tahu sesuatu yang ku minta tidak ada, takkan kusuruh untuk meminta. Bulung ni gala-gala, bulung ni indot, bulung ni pau, hodong-hodong ni rama-rama = pala giot ko di au, ra ma au di ho = jika engkau cinta kepadaku, akupun mau pada dirimu. Lidi, batu = muda mate rap mate, muda mangolu rap mangolu = jika mati sama mati, jika hidup sama hidup. Bulung ni kopi, gambar ni tomboman = nipi muyui do nipingku, jaru paasing-asing pe podoman = mimpimu itu adalah mimpi ku, walaupun berlainan tempat tidur. Bulung ni hayu pora, bulung ni sampilulut, bulung ni pau= ulang sai pora-pora hobarmu di au dibaon dompak marsiluluton au = janganlah engkau berkata-kata lugas kepadaku, sebab aku sedang berduka cita. Hodong, bulung ni timbako, bulung ni simartampua = tap ko da angkang di au, tilako manjadi tua= sekiranya engkau abang untukku, celaka menjadi tuah. Bulung ni indot, bulung ni pau, bulung ni tiolu = ingot doba au pinomat sanoli sapanjang mangolu,= kenanglah aku setidaknya sekali selama masih hidup. Bulung ni hayu simarmonis-monis, bota= naparayak na samonis, nitadingkon na sabota, = dikejar yang sebesar menir, di tinggalkan yang sebesar padi. Bulung ni unte, bulung ni pau, sisik ni siroken = painte au di poken = tunggu saya di hari pasar. Bulung ni jalak-jalak,pau, hodong, sibaguri= laing jalak-jalak au diho natuari = aku terus mencaricari engkau kemarin. Bulung ni galunggung, bulung ni pau, obuk, hodong,= malungun magotap obuk au diho= aku sangat merindukan kamu.. Bulung ni sapot, jior, bulu, pau = Incogot rior au jolo tu julu = Besok aku akan ke hulu, susul aku kesana. Bulung ni parira, bulung ni sumangge, bulung ni sanggar, bulung ni pau, = maila au mambege hobarmi = aku malu mendengarkan kata â katamu itu . Bulung ni bulu tolang, bulung ni silinjuang, bulung ni sanggar, bulung ni pau = Ngada tarjuang au hobar ni tulangta i = aku tak dapat membantah kata â kata pamanku itu. Bulung ni andarohot, bulung ni pau, bulung ni pege, hodong = Dohot do au muda kehe ho = Kalau engkau pergi, aku ikut. Bulung ni unte, bulung ni pau, bulung ni sapot, bulung ni bargot = Painte au incogot di toru ni bargot an = Tunggu aku besok di bawah pohon enau itu. Jika berbagai daun dan barang â barang lain disusun sesuai urutan pesan, maka penerima pesan tidak akan mengartikan lain dari yang dimaksud oleh pengirim pesan. Contoh di atas menunjukkan, bahwa pesan- pesan yang disampaikan merupakan pesan pribadi yang secara khas membudaya di kalangan muda-mudi. Pengirim pesan yang lebih serius dapat dilakukan juga dengan mengirimkan atau meletakkan seperangkat benda- benda yang memiliki simbol yang khas, unik. Contohnya adalah ultimatum perang yang disampikan dengan menempatkan cabai, dan tiga ranting daun yang dibakar. Maknanya adalah pernyataan ultimatum perang dalam waktu tiga hari. Pesan itu dapat diletakkan di perbatasan jalan menuju kampung yang hendak diperangi, atau diletakkan di dalam wadah, kemudian dihanyutkan. Yang disebut terakhir bisa dilakukan, jika kampung yang menyatakan perang itu ada di hulu satu sungai yang mengalir di dua kampung itu.*** Dikutip dari buku Madina Madani 2004 Almarhum Basyral Hamidi Harahap semasa hidupnya adalah Sejarahwan Mandailing Comments